Sumber: http://annacat24.blogspot.co.id/2016/08/14-fakta-menakjubkan-dalam-psikologi.html
Di masa lalu, psikologi dan filsafat dipandang berjalan beriringan. Barulah pada tahun 1870-an psikologi menjadi disiplin ilmiah yang mandiri. Namun demikian, masih banyak hal dalam psikologi yang kita belum ketahui.
Dikutip dari Real Farmacy pada Selasa (26/1/2016), berikut ini adalah sejumlah fakta psikologi yang tidak biasanya diketahui:
1. Kalau kita mengumbar tujuan kepada orang lain, kita malah akan tidak mencapainya karena kehilangan motivasi
Ada sejumlah pengujian sejak 1933 yang membuktikan bahwa setelah tujuan diumumkan, orang akan kurang tergerak mencapainya karena kehilangna motivasi.
Hal ini terjadi karena mengumbar tujuan memuaskan jati diri seseorang sehingga mencegahnya melakukan kerja keras untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
2. Kebanyakan orang memiliki lagu favorit karena menghubungkannya dengan kejadian emosional dalam hidup mereka.
Telah diketahui bahwa musik memiliki dampak langsung kepada emsoi. Dalam suatu penelitian terhadap 9 mahasiswa, ternyata hal sebaliknya juga berlaku—serupa dengan bebauan tertentu yang mengingatkan kita kepada kejadian di masa lalu.
3. Musik berdampak kepada cara kita memandang dunia
Penelitian yang dilakukan di Universitas Groningen mengungkapkan bahwa musik memiliki dampak dramatis pada persepsi. Penelitian itu fokus kepada kemampuan seseorang untuk “melihat” wajah gembira sambil diperdengarkan jenis-jenis musik yang berbeda.
Secara khusus, mendengarkan lagu gembira atau sedih dapat mengubah cara pandang kita tentang dunia.
4. Penelitian menunjukkan bahwa mendermakan uang kepada orang lain lebih membahagiakan daripada membelanjakannya untuk diri sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business School menunjukkan bahwa orang sesungguhnya lebih berbahagia ketika memberikan uang kepada orang lain. Terlihat misalnya pada antisipasi kita terhadap orang lain ketika bereaksi terhadap hadiah Natal dari kita.
5. Menurut penelitian, orang akan lebih berbahagia membelanjakan uang pada pengalaman daripada barang kepunyaan.
Kebahagiaan telah menjadi fokus penelitian ilmiah yang semakin populer. Penelitian menjelaskan bahwa orang kerap mengorbankan hal lain untuk membuat mereka bahagia—semisal liburan atau berkunjung ke suatu acara—hanya untuk meraih barang milik.
6. Anak-anak masa kini semakin tegang, bahkan tingkat kecemasan anak sekolah menengah sekarang sama dengan tingkat kecemasan pasien sakit jiwa pada tahun 1950-an.
Sekitar 49 persen populasi umum menderita atau pernah menderita kecemasan, depresi, atau penyalahgunaan zat terlarang. Secara khusus, ada suatu bukti bahwa ras manusia secara bersama menjadi lebih cemas setiap dekade dan ada sejumlah dugaan alasan mengenainya.
Misalnya, orang lebih banyak berpindah, kurang interaksi dengan masyarakatnya, berganti pekerjaan, lebih kecil kemungkinannya menikah, dan cenderung hidup sendirian.
7. Sudah terbukti bahwa sejumlah praktik keagamaan seperti doa dan menghadiri perhimpunan berkaitan dengan tingkat stress psikologis.
“The American Psychiatric Publishing Textbook of Mood Disorders” membahas sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam sejumlah kegiatan keagamaan dapat memiliki risiko gejala depresi dan penyimpangan psikologis lainnya.
8. Walaupun uang bisa membeli kebahagiaan dalam beberapa hal, penelitian menunjukkan bahwa di atas penghasilan $75.000 per tahun, maka pertambahan pemasukan tidak berpengaruh untuk menambah kebahagiaan.
Penelitian pada 450.000 warga AS pada 2008 dan 2009 mengungkapkan ada 2 jenis kebahagiaan, yaitu kesehatan emosional (kepuasan hari demi hari) dan penilaian kehidupan secara keseluruhan.
Semakin banyak uang seseorang, semakin tinggi pula “penilaian kehidupan” mereka. Namun demikian, sejumlah temuan menunjukkan bahwa setelah orang meraih lebih dari $75.000, tambahan penghasilan hanya dianggap sebagai tambahan “barang”.
9. Ketika dikelilingi oleh orang yang lebih gembira, kita juga akan lebih gembira.
Kita pernah berada dalam keadaan di mana tertawa terbahak-bahak bersama seseorang hanya karena tertawa yang menular. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychoneuroendocrinology menunjukkan bahwa bahwa stress maupun kegembiraan sama-sama menular.
Dikelilingi oleh orang-orang dari dua jenis itu memiliki pengaruh langsung pada diri kita.
10. Orang yang berusia antara 18 dan 33 tahun adalah yang paling stress di dunia. Setelah usia 33 tahun, tingkat stress cenderung menurun.
Menurut survey ‘Stress in America’ (2012) yang dilakukan oleh American Psychological Association, orang yang berusia antara 18 dan 33 tahun adalah yang paling stress dan tingkat stress itu meningkat tahun demi tahun.
11. Memikirkan bahwa kita telah tidur dengan enak—bahkan jika tidak demikian—tetap dapat memperbaiki unjuk kerja kita.
Kita semua pernah mengalami keadaan di mana kita berharap mendapatkan 1 atau 2 jam tambahan untuk tidur. Suatu penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology menunjukkan bahwa para pasien yang diberitahukan bahwa mereka memiliki tidur REM di atas rata-rata (walaupun tidak demikian) memiliki unjuk kerja yang lebih baik pada ujian yang diberikan. Hal ini dikenal dengan “tidur placebo”.
12. Orang cerdas cenderung merendahkan diri sendiri, sedangkan orang bebal cenderung percaya bahwa mereka cerdas.
Hal ini dikenal dengan Dunning Kruger Effect, di mana ada orang yang tidak trampil percaya bahwa mereka hebat dan membesar-besarkan kemampuannya lebih daripada yang sebenarnya.Di sisi lain, ada orang yang sangat trampil yang kerap menanggap rendah kemampuan mereka sendiri, dan menganggap apa yang mudah bagi mereka tentu mudah bagi orang lain.
13. Ketika kita mengingat kejadian di masa lalu, kita sebenarnya sedang mengingat saat terakhir kita mengingat hal tersebut dan bukan kejadian itu sendiri.
Salah satu pengertian tentang cara kerja otak adalah bahwa setiap kali kita mengenang sesuatu, kita sedikit mengubahnya. Penelitian oleh Northwestern Medicine menunjukkan bahwa seringnya menggali kenangan menurunkan ketelitian kenangan itu seiring dengan berjalannya waktu.
14. Keputusan-keputusan menjadi lebih rasional ketika dipikirkan dalam bahasa asing.
Penelitian oleh University of Chicago pada warga AS dan Korea menunjukkan bahwa berpikir dalam bahasa asing mengurangi bias yang ajeg dan menyesatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar