Jumat, 12 Agustus 2016

Cerita Rakyat Surabaya

LEGENDA KOTA SURABAYA
( Surabaya, Jawa Timur )

            Pada zaman dahulu, di lautan luas terdapatlah ikan hiu (sura) dan buaya. Mereka dikenal tidak pernah akur. Mereka seringkali terlibat terlibat perkelahian seru. Keduanya dikenal sama-sama kuat dan tidak pernah mau mengalah satu sama lain.
            Pada suatu hari mereka berdua bertemu dan saling berbicara tentang hubungan mereka yang tak pernah akur seperti binatnag yang lainnya.
             “Baya, aku bosan kalau kita terus menerus bertengkar seperti ini,” keluh Sura.
             “Aku juga, Sura. Apa yang kita harus lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya buaya.
             “Bagaimana, kalau kita membagi daerah kekuasaan kita menjadi dua? Kamu menguasai mangsa di daratan, sedangkan aku menguasai mangsa di air, bagaimana?”
             “Oke. Lalu, dimana batas kekuasaan kita?” tanya buaya lagi.
             “Kita tentukan batasnya yaitu tempat yang dicapai air laut pada waktu pasang surut!” jawab sura.
             “Baik, aku setuju dengan idemu!” sahut buaya.
            Setelah kesepakatan tersebut, ikan hiu sura dan buaya pun hidup damai. Mereka tidak pernah lagi bertengkar hanya memperebutkan mangsa. Namun, hal itu berubah ketika pada suatu hari ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
             “Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati ? mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan daerah kekuasaanku ?” tanya buaya marah.
             “Aku melanggar kesepakatan ? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air ? Nah sungai ini kan ada air nya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku !” Ikan hiu sura ngotot dengan nada tak merasa bersalah tenang-tenang saja.
 “Kau sengaja mencari gara-gara, Sura ?” gertak buaya
 “Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!” kata Sura.
 “Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
 “Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
 “Kamu memang bermaksud membohongiku ? Baiklah, perjanjian kita batal ! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal !” kata Buaya.
              “Adu kekuatan? siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
            Pertarungan kali ini benar-benar dahsyat. Ikan hiu sura berhasil menggingit pangkal ekor sebelah kanan sang Buaya. Namun, sama halnya dengan ikan Sura, buaya pun berhasil menggigit ekor ikan Sura dan hampir saja putus. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali. Ikan Sura kembali ke lautan. Buaya pun cukup puas karena telah berhasil mempertahankan daerah kekuasaannya.
            Konon, nama Surabaya berasal dari nama Sura ( Ika Hiu) dan Baya ( Buaya ). Ada juga yang mengatakan bahwa Surabaya berasal dari kata Sura (jaya/selamat) dan Baya (bahaya) yang artinya selamat menghadapi bahaya.

            Pertarungan ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu di kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang kota Madya Surabaya yaitu gambar Ikan Sura dan Buaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar